SELAMAT DATANG

SEMOGA ADA MANFAAT

Kamis, 18 Agustus 2011

BAGAIMANA ANTISIPASI PEMUDA DAN PEMUDI AGAR TAK TERPENGARUH ALIRAN SESAT


M
asyarakat Aceh sekarang sangat resah dengan aliran sesat yang menimpa generasi-generasi Aceh saat ini. Walaupun Negeri Syariat tapi telah tersebar dengan 14 aliran sesat yang telah terbukti. Meraknya aliran sesat di Aceh mendapat reaksi keras dari berbagai kelangan, mereka ingin pengikut aliran tersebut ditindak tegas.
Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof. DR. Farid Wajdi Ibrahim, MA seperti yang dikutip dalam Majalah Santunan edisi 04 April 2011 menegaskan “fokus kita dalam merespon aliran sesat sekarang lewat dua model, dua pendekatan. Pertama, bagaimana mencegah generasi Aceh yang belum tervirus aliran sesat itu, agar tetap steril baik aqidah maupun pemahaman agamanya. Pencegahan ini tentu di bebankan pada lembaga pendidikan. Juga di pundak keluarga dan masyarakat. Karena menurut informasi, bahwa yang sudah terjerumus itu ada yang usia sekolah (remaja), maka fokus hari ini harus kita berikan lebih pada usia SMA, atau tamatan sekolah dalam jenjang dibawahnya. Sebab usia itu akan menjadi ‘bibit-bibit untuk di semai di Perguruan Tinggi (PT) nanti.
Pendekatan Kedua, bagi yang sudah terjangkit ‘virus’ aliran sesat, ini jangan di kucilkan dari publik, sebagaimana kita tidak mesti mengucilkan komunitasnya para pengidap HIV dan AIDS. Juga kita tidak menjauhkan korban narkoba dari kelompok sosialnya. Jadi, lebih kurang untuk korban aliran sesat ini, sama format penanganannya, dan mesti ditempatkan pada posisi yang sama sebagai korban. Walaupun relatif sama-sama membahayakan, namun jangan di beri hukuman. Mereka mesti dirangkul dan diberi pencerahan nan Islami kembali. Jadi, karena fenomena aliran sesat ini bukan lantaran kemauan korban semata-mata, lantas terhadap, misalnya yang diklaim ‘murtad’ dan ‘sesat’, jangan langsung dibunuh, atau dipenjara. Ada langkah edukasi dan pembinaan lainnya.
Akhirnya, di Aceh korban sudah cukup, cukup sudah, sebagian korban ialah mahasiswa, maka semua PT di Aceh mesti memberi perhatian lebih atas kasus ini, dengan mengintrospeksi diri secara terus – menerus ke dalam, secara personal dan institusi, bukan malah menghabiskan energi untuk mencari, misalnya siapa sponsor atau dalang yang mem-backup-nya, atau yang menungganginya”.
Untuk itu Pemerintah Aceh dan jajarannya harus segera melakukan tindakan antisipasi dengan menggalakkan dakwah, pengajian ke seluruh daerah supaya dapat menyampaikan ajaran dan memahami makna Al-Qur’an yang benar kepada masyarakat. Pembentengan aqidah mutlak diperlukan dengan melibatkan semua elemen di semua level.
Dan juga jangan main hakim sendiri, karena main hakim sendiri tidak menyelesaikan masalah, tetapi harus selalu mengedepankan pembinaan yang berkelanjutan supaya yang sudah terlanjur terlibat dapat dikembalikan kejalan yang benar. Jadi pemerintah tidak boleh melepas tangan. Mari kita semua saling membantu dalam membentengi Aliran sesat, untuk menguatkan kembali Aqidah yang benar bagi diri kita sendiri dan generasi-generasi kita untuk kemajuan Islam di masa yang akan datang. (Hrm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar