SELAMAT DATANG

SEMOGA ADA MANFAAT

Senin, 13 Juli 2015

ISLAM DAN BUDAYA

Oleh : Herman Hilmy

Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Allah swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam (QS Toha : 2) : “Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kamu menjadi susah“. Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Qur’an ini, akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat. Sebaliknya siapa saja yang membangkang dan mengingkari ajaran Islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang sempit dan penuh penderitaan.
Sedangkan yang dikatakan dengan budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Kita melihat perkembangan Islam sekarang, banyak yang meniru-niru gaya yang bertentangan dengan Islam, dari segi pakaian, gaya hidup dan pergaulan yang tidak sesuai dengan budaya yang di wariskan oleh Nabi Muhammad di masa beliau masih hidup, pada hal kalau kita mengembangkan kebudayaan yang telah ada untuk kemajuan Islam yang akan datang.
MUHAMMAD telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Dengan adanya ajaran Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusi ini tentunya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang dilakukan manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam ajaran Islam ini. Kebudayaan adalah salah satu dari sisi penting dari kehidupan manusia, dan Islampun telah mengatur dan memberikan batasan-batasannya.Tulisan di bawah ini berusaha menjelaskan relasi antara Islam dan budaya. Walau singkat mudah-mudahan memberikan sumbangan dalam khazana pemikian Islam.

Sikap Islam terhadap Kebudayaan
Islam, sebagaimana telah diterangkan di atas, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa madharat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.

Dengan adanya adat istiadat, budaya, dan seni kita bisa mengembangkan kemajuan Islam, kebersamaan, lewat seni pun kita bisa memberikan yang terbaik untuk perkembangan Islam yang akan kita nantikan kecemerlangan seperti yang kita harapkan semua untuk lebih baik di masa yang akan datang. (Hrm & dari berbagai sumber)

Rabu, 17 Juni 2015

Wahai…. Pemuda dan Ramaja Pulanglah…?? Kembalilah…??

Oleh : Herman Hilmy, S

Syedara Lamuri… Melihat kegiatan pemuda dan remaja Islam sekarang banyak yang telah jauh berlabuh, ada yang tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam yang mereka kerjakan, kadang demo untuk membela Islampun juga mereka pertahankan sedangkan penampilan dan perbuatan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Wahai….. Pemuda dan remaja Islam, pulanglah…?? Kembalilah…?? Mari kita perbaiki kembali diri kita dalam Bulan yang penuh dengan Rahmat dan banyak pahalanya, sunat yang kita lakukan dibulan ini sama halnya dengan pahala wajib, tunggu apalagi, Pulanglah dan kembalilah….??? Tinggalkan yang tidak bermanfaat dan yang tidak sesuai dengan ajaran kita yaitu Islam.


Rasulullah Saw bersabda: “Ketika datang malam pertama dari bulan ramadhan seluruh setan dibelenggu dan seluruh jin diikat.  Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka.  Semua pintu surga dibuka, hingga tidak ada satupun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang menyeru: “wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah, wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah, hanya Allahlah yang bisa menyelamatkan dari api neraka” (HR Tirmidzi).

Rasulullah Saw bersumpah, tidak ada bulan yang paling baik bagi orang beriman kecuali bulan ramadhan, dan tidak ada bulan yang paling buruk bagi orang munafik kecuali bulan ramadhan.  Pada bulan itu orang beriman telah menyiapkan diri untuk berkonsentrasi dalam beribadah, sebaliknya orang munafik sudah bersiap diri untuk menggoda dan melalaikan orang beriman dari beribadah. (HR Imam ahmad).

Ramadhan menjadi momentum untuk menata diri menjadi pribadi muslim sejati. Tingkatkan aqliyah Islamiyah dan nafsiyah Islamiyah.  Aqliyah Islamiyah adalah pola pikir berdasarkan aqidah Islam. Cara meningkatkannnya dengan memperbanyak informasi ke-Islaman, perbanyak fakta-fakta ke-Islaman, terus berlatih untuk mengkaitkan informasi dengan fakta berdasarkan sudut pandang Islam.

Pemuda dan remaja yang telah lalai dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermafaat apalagi menyesatkan dengan merusak aqidah, tidak salahnya sebagai seorang pemuda dan remaja untuk menjalani Aqliyah Islamiyah ini untuk merubah pola pikir yang sesuai dengan aqidah Islam. 

Nafsiyah Islamiyah adalah sikap jiwa berdasarkan aqidah Islam. Cara meningkatkannya dengan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah.  Dekatkan diri kepada Allah, Rasulullah Saw, Masjid, Qur’an,  Hadits, dan sesama muslim.

Sebulan penuh latih diri kita untuk meningkatkan: kesabaran, kedekatan kepada Allah SWT, kesadaran adanya pengawasan Allah, kepedulian kepada sesama manusia, keterikatan terhadap syariat, semangat belajar Islam dan memperjuangkannya, suasana kekeluargaan di waktu makan sahur dan buka puasa, ikatan keluarga besar di saat mudik lebaran. Target puncak mencapai derajat taqwa, yang sangat diperlukan untuk menghadapi ujian berat di dunia, dengan hati yang sabar dan wajah tetap menghadap kepada Allah SWT.

Sebelumnya seorang pemuda dan remaja harus mengevaluasi diri kita dengan baik dan juga mengevaluasi keadaan anggota keluarga kita.  Secara kejiwaan, perhatikanlah suasana kenyamanan dan kehangatan antar anggota keluarga, rasa persaudaraan, sikap tolong menolong, saling  memperhatikan, saling menyayangi, saling menghormati, saling menghargai, kedekatan antar anggota keluarga. 

Buat acara renungan, untuk saling mengenali kekurangan masing-masing dan kesalahan masing-masing.  Saling memaafkan antar seluruh anggota keluarga, kerabat, tetangga, teman, dan saling berjanji untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan masing-masing.  Sambut ramadhan dengan ceria, hati yang bersih dan lapang, buat suasana baru yang lebih istimewa di rumah, Di tempat kerja, dan juga dilingkungan tempat kita tinggal.  

Siapkan : hati, pikiran, dan fisik.  Siapkan hati, dengan kuatnya niat dan ketenangan jiwa agar khusyu’ dalam beribadah.  Siapkan pikiran, mulai dari ilmu tentang segala hal yang sesuai dengan Aqidah juga yang berkaitan dengan ramadhan dan konsentrasi.  Siapkan fisik dengan mempersiapakan kesehatan tubuh agar selalu fit selama sebulan penuh dalam bulan Ramadhan.

Jangan hanya cukup cuma dalam bulan Ramadhan saja, tapi lakukanlah dengan semangat sampai akhir hayat kita, untuk bisa mendekatkan diri kita kepada yang Maha Kuasa, semoga kita termasuk hamba-hamba yang di cintai oleh Allah SWT. Amiin ya Rabbal’alamin.. (Dari berbagai sumber)



Kebersamaan Itu Perlu Di Pupuk

Oleh : Herman Hilmy S

Syadara Lon yang di Rahmati Allah…..

Allah menciptakan alam semesta ini ada manfaat yang sangat-sangat besar pada makhluknya, malah kalau kita jadikan air laut itu sebagai tinta, untuk mencatat apa yang telah Allah berikan pada kita tak cukup. Banyak didalam alam semesta ada berbagai macam ciptaan Allah, ada yang sudah pernah kita lihat dengan mata kita sendiri, ada juga yang belum kita lihat dan tidak bisa kita lihat tapi bisa kita rasakan, seperti angin yang bertiup.

 Dalam Kehidupan ini kita selalu ada yang perlu kita kerjakan, ada yang bisa kita kerjakan sendiri dan ada juga yang membutuhkan orang lain, di sini lah kita sebagai makhluk sosial juga membutuhkan satu sama lain. Dengan adanya saling membantu dan kerjasama, maka pekerjaan yang kita kerjakan itu cepat terselesaikan.

Syadara Lon dimanapun berada yang selalu di Ridhai oleh Allah SWT…..
Pepatah Arab mengatakan bahwa al-Jama’ah Rahmatun wa al-furqatu ‘Adhabun  (Kebersamaan / Jama’ah adalah Rahmat dan bercerai berai adalah bala atau bencana). Dari pepatah ini, dipahami bahwa kebersamaan akan melahirkan sifat kasih sayangnya antar sesama. Sebaliknya, bercerai-berai akan memunculkan permusuhan dalam kehidupan ini, tepatnya situasi tidak menguntungkan bagi yang lain, malah merugikan    

Kepedulian kepada sesama, membantu orang yang membutuhkan, seperti membantu orang yang terkena musibah, fakir miskin, anak yatim, dan memberikan makanan jelang berbuka di bulan Ramadhan hakekatnya menumbuhkan sikap peduli kepada sesama,. Prinsip peduli pada dasarnya menegaskan pemahaman bahwa kita hidup tidak sendiri, tapi ber-sosial.

Karena bersosial, maka penghargaan kepada orang lain sejatinya adalah penghargaan pada diri sendiri sebab orang lain adalah cermin dari keberadaan kita. Bisa dibayangkan bagaimana kita hidup sendirian di hutan luas, tidak ada orang dan kehidupan sedikitpun. Pastinya, perasaan tersiksa akan terasa sebab semua kebutuhan hidup ini memiliki jejaring dengan kehidupan orang lain, termasuk dengan makhluk ciptaan Allah yang lain sekalipun.

Syadara Lon yang dirahmati Allah……
Untuk itulah, prinsip berbagi harus dijadikan modal bagi kita dalam rangka menjaga kesenjangan antara kesalehan individual dengan kesalehan sosial agar tidak semakin melebar sebab Islam mengajarkan agar kita bersikap dengan bijaksana dalam rangka menuai kebaikan di dunia, sekaligus di akhirat (rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fil akhirat hasanah….). Dan sikap berbagi ini sekaligus dalam rangka menjaga dimana kita meyakini bahwa perintah berbagi adalah anjuran agama sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an maupun yang telah dilakukan atau dipraktekkan oleh Nabi beserta sahabat Beliau (hadith).

Akhirnya, patut kiranya diperhatikan bahwa kebersamaan perlu terus dipupuk, bahkan perlu ditingkatkan secara terus menerus hingga Allah memisahkan kita. Alasannya, hanya dengan cara-cara seperti ini kesulitan apapun yang kita hadapi dalam hidup akan mudah disikapi untuk selanjutnya, sekaligus berkat pertolongan Allah, akan ditemukan kemudahan dengan kerjasama.